HENDRA A. SETYAWAN/HARIAN KOMPAS
Ilustrasi:
JAKARTA, KOMPAS.com - Guru-guru yang mengutamakan
kepentingan anak-anak dalam belajar harus mampu mendorong suasana belajar
kreatif dan menyenangkan. Dengan menciptakan suasana belajar tanpa tekanan dan
melibatkan peran serta anak didik, pembelajaran menjadi lebih efektif dan
bermanfaat bagi peserta didik.
Demikian terungkap dari perbincangan dengan sejumlah guru
Matematika dan Sains tingkat SD dari berbagai Indonesia dalam acara Indonesian
Science Festival 2009 di Jakarta, Minggu (2/8). Mereka mengembangkan alat dan
metode belajar Matematika dan Sains yang sederhana dan dikemas dalam permainan
untuk membantu siswa yang kesulitan memahami pelajaran yang harus dikuasai
siswa. Kegiatan dilaksanakan pada 1-5 Agustus di Hotel Bumikarasa Bidakara.
M Mustofa, guru SDN Sapikerep 1, Sukapura, Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur, mengatakan siswa SD sulit belajar perkalian dan
pembagian jika pembelajaran dilakukan dengan cara konvensional yakni menghafal.
Akibatnya, banyak siswa kelas VI sekalipun yang tidak hafal perkalian dan
pembagian.
Berangkat dari tanggung jawab sebagai pendidik yang mesti bisa
membantu siswa paham dengan pelajaran, Mustofa pun berusaha menciptakan metode
menghafal perkalian dan pembagian yang tidak membuat siswa stres. Sejak tujuh
tahun lalu, Mustofa memanfaatkan kartu domino sebagai sarana belajar.Setiap
kartu domino dibagi menjadi dua bagian yakni jawaban dan soal perkalian atau
pembagian. Siswa mesti menemukan soal dan jawabannya di kartu domino lainnya.
"Karena sifatnya permainan, anak-anak jadi senang.
Dalam seminggu mereka bisa hafal perkalian. Jam istirahat pun mereka bisa
bermain sambil belajar," katanya.
Mustofa hanyalah satu dari 20 guru Matematika SD lainnya
yang dinilai layak berkompetisi secara nasional. Guru-guru kreatif lainnya juga
mampu menciptakan cara belajar Matematika yang asyik, seperti memanfaatkan catur,
belajar berhitung sambil bernyanyi, hingga ada yang memakai cara lomba lari
estafet perkalian membawa kelereng.
Di bidang sains, M Hadi, guru SDN 28 Cakranegara, Nusa
Tenggara Barat, memakai kaleng roti, bola pimpong, dan bola plastik untuk
membuat siswa SD paham konsep terjadinya gerhana bulan dan matahari.
"Guru mesti bisa mengajarkan hal-hal yang abstrak
menjadi nyata buat siswa. Cara belajar seperti itu sangat memudahkan siswa
untuk memahami yang rumit dengan cara yang sederhana," kata Hadi.
Menurut Hadi, guru Indonesia sebenarnya mampu untuk kreatif
menyampaikan materi pelajaran. Mereka hanya perlu didorong dan dihargai,
sehingga semangat untuk memberikan yang terbaik buat siswa bisa tumbuh dalam
diri setiap guru.
"Seringkali dalam pelajaran sains, pemerintah memberi
alat-alat yang mahal dan rumit. Kalau rusak, guru nggak mengerti
memperbaikinya. Yang ada alat-alat itu jadi mubazir. Yang perlu didoorng
bagaiaman guru bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitar sebagai alat
belajar," kata Hadi.
Pada acara Indonesian Science Festival yang dilaksanakan 1-5
Agustus itu, siswa dari berbagai SD di Indonesia juga ditantang untuk bisa
menampilkan buah karya dalam bidang sains dan matematika. Kreativitas mereka
untuk memanfaatkan sains dalam memecahkan masalah ternyata cukup mengagumkan.
Para siswa SD itu antara lain mampu untuk membuat jebakan
tikus listrik, alat deteksi gempa bumi, atau penggiling sambal sederhada. Di
bidang Matematika, ada siswa SD yang mampu menciptakan cara untuk mencari
bilangan prima 1-100 dengan mudah, ular tangga Matematika, atau tabel
penyederhanaan pecahan.