Rabu, 02 Desember 2009

kapan datang berita itu ???

Terkadang dalam sebuah penantian kita entah kapan itu datang??
Terkadang dalam perjalanana selalau menantikan kabar itu??
Terkadang aku mulai ????
Terkadang sebuah berita itu perlu untuk aku ??
Yang orang lain tidak perlu ??

Jumat, 06 November 2009

sebuah cahaya

KETIKA KUBERJALAN
DALAM GELAP GULITA
KU MENGGAPAI GAPAI ENTAH APA YANG DIGAPAI
TAPI AKU DENGAN SEBUAH KEPASTIAN DAN SEBUAH HARAPAN KUTERUS BERJALAN
DAN MULAI KURASAKAN SEBUAH CAHAYA KECIL MENJELMA
MUDAH MUDAHAN CAHAYA TERSEBUT BISA TERUS MENERANGI HIDUPKU SELANJUTNYA
DUAKU UNTUK YANG KUSAYANG SEBUAH KELUARGA YANG HARMONIS

sebuah cahaya

Rabu, 07 Oktober 2009

Sebuah Harapan

Entah kenapa ?
harapan judulnya ?
dalam benaku itulah aku sekarang ini memnti sebuah harapan untuk keluargaku (istri dan anak tercinta )
dalam perjuanganku untuk mendapat ridoNYA ?!

Sehingga aku bisa berkumpul lagi dengan keluarga tercinta?!
Sehingga kapalku bisa berlayar kembali bersama istri dan anaku tercinta

Aku aku dan aku

Senin, 04 Mei 2009

Satu lagi, Mankobah Syekh abdul Qodir Jaelani
Dikisahkan bahwa ada seorang fakir yg tlh mengabdi sebagai pembantu di rumah syekh abdul Qadir Jaelani, selala 40 th, slama itu dia telah menyaksikan beberapa murid yang jauh lbh muda darinya dan belum lama mengabdi, telah ditunjuk oleh Syekh untuk menempati jabatan penting.

Suatu hari dia menghadap syekh dan mengajukan permohonan, ia tlah mengabdi kpd Syekh ber tahun2 dan kini usianya semakin tua, mengapa ia belum juga ditunjuk untuk menempati pos penting seperti murid yg lain ?

Belum lagi ia tuntas menyampaikan maksudnya, satu utusan dari India tiba, mereka ingin agar syekh menunjuk seorang maharaja bagi kerajaan mereka, Syekh menatap pembantunya itu lalu berkata " apakah kau menyukai jabatan ini ? apakah kau merasa memenuhi syarat ? palayan itu menganguk kegirangan.

Ketika para utusan itu keluar rumah, Syekh berkata kepada pembantunya " aku akan mengangkatmu sebagai raja di sana dg syarat kau harus berjanji untuk memberikan kepadaku separuh dari keuntunganmu dan kekayaan yang kau peroleh selama berkuasa " tentu saja pelayan itu menyanggupinya.

Orang tua itu bekerja pada Syekh sebagai juru masak, hari itu ia akan mengaduk hidangan yang akan disajikan. Setelah berbicara dengan Syekh dia kembali kedapur untuk mengaduk masakan itu di sebuah kuali raksasa dengan sendok kayu, di tengah pekerjaan nya itu ia dipanggil untuk pergi bersama para utusan itu ke india sebagai raja mereka

Di negeri itu ia dinobatkan sebagai raja, ia dapatkan kekayaan berlimpah, ia bangun banyak istana untuk dirinya, ia menikan dan punya seorang anak laki2. Ia sepenuhnya tlah melupakan syekh dan janji yang diucapkannya.

Pada suatu hari, ia menerima pesan bahwa Tuan Syekh akan datang mengunjunginya, ia ber siap2 menyambut kedatangannya, setelah upacara, prosesi dan pesta yg megah,mereka berbincang berdua. Syekh meningatkan kesepakatan mereka : yaitu bahwa ia harus memberikan separuh dari semua keuntungan yang dikumpulkannya slama berkuasa.Maharaja itu jengkel ketika diingatkan pada janjinya.
Kendati demikian, ia berjanji bahwa esok lusa ia akan menyerahkan separuh dari semua kekayaannya kepada syekh. keserakahan yg terus bertambah seiring bertambahnya kekayaannya, tak membiarkannya membuat daftar kekayaan dengan jujur

Tepat pada hari yang telah direncanakan, ia membawa daftar kekayaan itu dan menyerahkannya kepada syekh. Meski daftar itu mencantumkan banyak istana dan kekayaan, semua itu hanyalah sebagian kecil dari kekayaan yang sesungguhnya.

Syekh tampak puas dengan bagian yang diperolehnya, lalu Syekh berkata " kudengan kau juga mempunyai seorang anak laki2 "
" ya sayangnya cuma seorang, sekiranya ada dua, tentu akan kuberikan seorang kepada mu"
"Tidak apa2, bawalah anak itu " tugas Syekh " kita tetap akan membaginya "

Anak itu dibawa kehadapan mereka, Syekh menghunuskan pedangnya yang tajam tepat diatas bagian tengah kepala anak itu " kau akan mendapatkan separuh dan separuhnya lagi menjadi bagianku !" katanya.
Sang ayah, yang ketakutan, menghunus belatinya dan keduatangannya ditusukannya kedada Syekh.

Ia lakukan itu dengan mata terpejam, ketika membuka matanya, ternyata ia sedang mengaduk makanan di kuali raksasa dengan sendok kayu, Syekh menatapnya dan berkata, " Seperti kau lihat sendiri, kau belum siap menjadi wakilku, kau belum memberikan segalanya, termasuk dirimu, kepadaku "
DONGENG SERBUK DAN TELAGA

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung masalah.
Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet.
Tamu itu, memang tampak seprti orang yang tidak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya.
Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkan dengan seksama.
Ia lalu mengambil segenggam serbuk.
Ditaburkannya serbuk itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

„Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya,’ ujar Pak Tua itu.
„Pahit. Pahit sekali,“ jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu sedikit tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua lalu kembali menaburkan segenggam serbuk ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-ngaduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.

„ Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah „

Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi,

„Bagaimana rasanya?“

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda.
Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.

„Anak muda, dengarlah...Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam serbuk tadi, tak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama.
Tetapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada 1 hal yang bisa kamu lakukan. LAPANGKANLAH DADAMU...LAPANGKANLAH DADAMU... menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.“

Pak Tua lalu kembali memberikan nasihat,

„Hatimu, adalah tempat kamu menampung segalanya.
Jadi jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.“

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu.
Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan „segenggam serbuk“ untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa.

( Dongeng ini diambil dari kisah sufi dan kumpulan motivasi, menjadi skenario mini kelas Bimbingan dan Konseling S2 UPI pada pementasan malam STADIUM GENERAL BK, Februari 2009 di Balai Pertemuan UPI Bandung
Terima kasih teman-teman BK S2 UPI...
Sukses selalu...)