Banyak sekali ragam mobil listrik dimana mobil tersebut sangat membantu dalam menurunkan angka emisi gas yang berbahaya bagi alam. perbedaan tersebut baik dari cara kerjanaya, komponennya, energi yang menggeraknnya dan komponen penunjang lainnya.
Hybrid Electric Vehicle (HEV)
Dijelaskan bahwa mobil HEV memiliki komponen listrik yang terdiri dari transaxle with motor, Power Control Unit (PCU) inverter, dan battery. Akan tetapi mobil ini juga dilengkapi mesin pembakaran internal.
Mobil HEV menawarkan kepraktisan karena pemilik tidak perlu melakukan pengisian daya melalui external charger. Contoh produknya yang bisa ditemui adalah Corolla Cross dan Prius.
Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV)
Mobil PHEV memiliki komponen listrik yang sama dengan HEV, meliputi transaxle with motor, PCU inverter, dan battery. Mobil semacam ini juga masih dilengkapi dengan mesin pembakaran internal.
Tapi selain itu, mobil PHEV juga mendukung pengisian daya listrik dari external charger. Contoh produk yang dimiliki Toyota, antara lain Prius Prime dan RAV4.
Battery Electric Vehicle (BEV)
Mobil BEV juga kerap disebut sebagai full electric karena sumber tenaganya hanya mengandalkan baterai alias tidak memiliki mesin pembakaran internal. Adapun komponen listrik yang dimilikinya, meliputi motor, PCU inverter, dan battery.
Karena tidak memiliki mesin pembakaran internal maka pengisian daya dilakukan lewat external charger. Contoh produknya antara lain C+Pod dan UX 300e dari Lexus.
Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV)
Mobil FCEV memiliki komponen listrik yang terdiri dari motor, PCU inverter, dan battery. Mobil ini tidak memiliki mesin pembakaran internal dan tidak membutuhkan pengecasan melalui external charger karena sumber tenaganya berupa hydrogen.
Oleh karena itu mobil FCEV juga dilengkapi dengan fuel cell dan hydrogen tank. Jenis mobil elektrifikasi semacam ini masih tergolong langka. Adapun contohnya produk yang dimiliki Toyota adalah Mirai.
Jual PENJEPIT MICROMETER atau STAND MICROMETER - Technopark Neskar | Tokopedia: Jual PENJEPIT MICROMETER atau STAND MICROMETER ,PROSIS dengan harga Rp 350.000 dari toko online Technopark Neskar, Kab. Karawang. Cari product Alat Pertukangan Lainnya lainya di Tokopedia. Jual beli online aman dan nyaman hanya di Tokopedia.
Ada beberapa tipe baterai yang ada yaitu baterai tipe timah-asam ( lead acid ), baterai perawatan ringan atau baterai bebas perawatan, baterai berventilasi, dan baterai rapat (sealed baterai). Penjelasan mengenai baterai tersebut adalah sebagai berikut.
1) Baterai tipe timah-asam ( lead acid). Pada baterai tipe ini suatu logam (timah) direndam dalam suatu larutan elektrolit. Tegangan atau energi listrik dihasilkan dari reaksi kimia antara logam dan larutan elektrolitnya.
2) Baterai berventilasi. Pada baterai ini, terdapat tutup ventilasi yang dapat dibuka untuk mengecek elektrolit atau untuk menambahkan air suling jika diperlukan untuk mengembalikan kondisinya. Tutup ini juga berfungsi untuk mengeluarkan gas hidrogen yang dihasilkan selama proses pengisian.
3) Baterai rapat ( sealed baterai). Baterai ini menggunakan juga timah-asam tetapi tidak mempunyai tutup yang dapat dilepas untuk mengecek elektrolit atau menambah elektrolit. Pada beberapa tipe baterai ini, mempunyai mata kecil untuk menunjukkan tingkat isi dari baterai.
4) Baterai bebas perawatan. Pada baterai jenis ini larutan elektrolit tidak dapat ditambahkan sehingga tidak diperlukan perawatan baterai secara khusus.
Cara Pengisian Baterai ada
*20% hasil pembagian dari kapasitas aki/arus charger
Baca Juga :Perbedaan antara Tread dan Core pada Processor
Teknik Pengisian Baterai
Kelebihan dan Kelemahan Metode Mengisi Baterai Seri dan Paralel
Tegangan pengisian rendah yaitu 12 V, sehingga rancangan trafo yang digunakan lebih sederhana.
Tetap aman meskipun kapasitas baterai tidak sama.
Tidak mampu menentukan dengan pasti berapa besar arus yang mengalir ke tiap baterai, sehingga sulit menentukan waktu pengisian yang tepat
Arus listrik yang dialirkan merupakan arus total pengisian, sehingga arusnya yang mengalir cukup besar sehingga kabel maupun klem buaya untuk pengisian harus berukuran besar.
Mampu menentukan dengan pasti berapa besar arus yang mengalir ke tiap baterai, sehingga dapat menentukan waktu pengisian dengan tepat.
Arus listrik yang dialirkan besarnya sama untuk semua baterai, sehingga mudah ditentukan waktu pengisiannya.
Besar arus pengisian normal berdasarkan kapasitas baterai yang paling kecil, sehingga arus pengisian kecil dan kabel maupun klem buaya yang digunakan untuk pengisian dapat dengan ukuran lebih kecil.
Tegangan pengisian merupakan total tegangan baterai yang diisi, misal 4 baterai 12V, berarti tegangan pengisian sebesar 48 V.
Tidak tepat digunakan untuk baterai yang kapasitasnya bervariasi, sebab harus mengikuti arus pengisian baterai yang kapasitas kecil, sehingga untuk baterai yang kapasitasnya besar waktu pengisian terlalu lama, dan bila mengikuti baterai kapasitas besar maka pada baterai yang kapasitasnya kecil akan mengalami over charging sehingga baterai cepat rusak. Dengan demikian metode ini kurang tepat untuk baterai dengan kapasitas yang jauh berbeda.
1. Pengisian Normal
Pengisian normal adalah pengisian dengan besar arus yang normal, besar arus pengisian normal sebesar 10 % dari kapasitas baterai.
Contoh: baterai 50 AH maka besar arus pengisian 50 x 10/100 = 5 A. Jadi jika kita memiliki baterai (accu) dengan kapasitas 50AH maka ketika melakukan charging dibutuhkan arus dari alat charging sebesar 5A.
Lama Waktu pengisian
Saat melakukan charging pasti yang gi inginkan adalah accu dalam kondisi full. Untuk menentukan berapa lama waktu pengisian bisa menggunakan rumus berikut
Lama pengisian (jam) = (Besar kapasitas aki [AH]/ Besar arus charger [AH])+20%
JIka kita memiliki accu dengan kapasitas 42AH, arus pengisian adalah 4.2A maka waktu yang dibutuhkan adalah 11 jam
atau kalau tak au ribet bisa menggunakan kalkulator lama pengisian accu berikut [Link]
2. Pengisian Cepat
Pengisian cepat adalah pengisian dengan arus yang sangat besar. Besar pengisian tidak boleh melebihi 50% dari kapasitas baterai, dengan demikian untuk baterai 50 AH, besar arus pengisian tidak boleh melebihi 25 Ampere.
Prosedur pengisian cepat sebenarnya sama dengan pengisian normal, yang berbeda adalah besar arus pengisian yang diatur sangat besar. Selain itu juga resiko yang jauh lebih besar, sehingga harus dilakukan dengan ektra hati-hati.
Pengisian cepat sering dilakukan untuk membantu kendaraan yang mogok atau sedang dalam proses perbaikan, sehingga baterai tidak diturunkan dari kendaraan. Pada kasus pengisian cepat di atas kendaraan yang perlu diingat adalah lepas kabel baterai negatip sebelum melakukan pengisian, hal ini disebabkan saat pengisian cepat tegangan dari battery charging lebih besar dari pengisian normal, kondisi ini potensial merusak komponen elektronik dan diode pada altenator.
1. Pengisian satu baterai
Hubungkan kabel positip baterai dengan klem positip battery charger dan terminal negatip dengen klem negatip. Hati-hati jangan sampai terbalik, bila terbalik akan timbul percikan api, bila dipaksa baterai akan rusak, pada battery charger model tertentu dilengkapi dengan indicator, dimana bila pemasangan terbalik akan muncul bunyi peringatan.
2. Pengisian lebih dari 1 baterai
Pengisian baterai yang lebih dari satu buah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
a. Rangkaian Paralel 2 baterai
Hubungkan kabel positip baterai 1 dengan terminal positip baterai 2 kemudian hubungkan dengan klem positip battery charger. Demikian pula untuk terminal negatip.
Hati-hati jangan sampai terbalik, bila terbalik akan timbul percikan api, bila dipaksa baterai akan rusak, pada battery charger model tertentu dilengkapi dengan indicator, dimana bila pemasangan terbalik akan muncul bunyi peringatan.
Note :
o> Pilih selector tegangan sesuai dengan tegangan baterai, misal baterai 12 V maka selector digerakan kearah 12V.
o> Hidupkan battery charger, dan setel besar arus sesuai dengan kapasitas baterai.
o> Besar arus merupakan jumlah arus yang dibutuhkan untuk baterai 1 dan baterai 2. misalnya untuk mengisi dua baterai 50 AH dibutuhkan arus pengisian sebesar 10% x(2 x50)) = 10 A., mengisi baterai 50 AH dan 40 AH maka diperlukan arus sebesar 10 % x (40+50) = 9A.
b. Rangkaian Seri 2 baterai
Hubungkan kabel positip baterai 1 dengan klem positip battery charger, kemudian hubungkan kabel negatip baterai 1 dengan kabel positip baterai 2, selanjutnya hubungkan kabel negatip baterai 2 dengan klem negatip battery charger. Hati-hati jangan sampai terbalik, bila terbalik akan timbul percikan api, bila dipaksa baterai akan rusak, pada battery charger model tertentu dilengkapi dengan indicator, dimana bila pemasangan terbalik akan muncul bunyi peringatan.
Note :
o> Hubungkan battery charger dengan sumber listrik 220V.
o> Pilih selector tegangan sesuai dengan total tegangan baterai, misal 2 baterai 12 V dirangkai seri maka tegangan menjadi 24 V maka selector digerakan kearah 24 V.
o> Hidupkan battery charger, dan setel besar arus sesuai dengan kapasitas baterai yang paling kecil. Misalkan besar untuk mengisi dua baterai 50 AH dibutuhkan arus pengisian sebesar 10% x 50 = 5 A., mengisi baterai 50 AH dan 40 AH maka diperlukan arus sebesar yang digunakan 10 % x 40 AH = 4 A.
Metode mengisi baterai lebih dari satu baik secara paralel maupun secara seri masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan yaitu :
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya.[1][2] Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.[1] Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.[1]
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:[3][4]
V=I.R
Di mana :
I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt.
R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827. [5] (https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Ohm)
DAYA lISTRIK
Daya listrik, seperti daya mekanik, dilambangkan oleh huruf P dalam persamaan listrik. Pada rangkaian arus DC, daya listrik sesaat dihitung menggunakan Hukum Joule, sesuai nama fisikawan Britania James Joule, yang pertama kali menunjukkan bahwa energi listrik dapat berubah menjadi energi mekanik, dan sebaliknya.