MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 1
B.
Pelaksanaan Proses Pembelajaran 2
BAB II MULTI KECERDASAN DALAM
PEMBELAJARAN
A.
Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence) 9
B.
Kecerdasan Logika Matematika
(Logical
Mathematic Intelligence) 11
C.
Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence) 13
D.
Kecerdasan Kinestetik
(Body
Kinesthetic Intelligence) 14
E.
Kecerdasan Musik (Music Intelligence) 15
F.
Kecerdasan Interpersonal
(Interpersonal
Intelligence) 17
G.
Kecerdasan Intrapersonal
(Intrapersonal
Intelligence) 18
H. Kecerdasan Natural
(Naturalistic Intelligence) 20
BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
A.
Project Work 22
B.
Quantum Teaching and Learning (QTL) 28
C.
Contextual Teaching and Learning (CTL) 32
D.
Problem-Based Learning (PBL) 38
E.
Model Mengajar Inquiry Training 45
F.
Model Bermain Peran (Role Playing) 46
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19, dinyatakan bahwa:
1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
3. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Dipertegas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa standar
proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi dan
memenuhi standar.
B.
Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 3 (tiga)
tahapan yaitu:
1 Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan menfokuskan
perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan pendahuluan guru;
- menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,
- mengkondisikan peserta didik tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya dan apa yang akan didapatkan sebagai hasil belajar yang akan mereka ikuti.
2 Kegiatan Inti
Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran,
yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi dimaksudkan untuk mencari informasi
yang luas dan mendalam berdasarkan pengalaman peserta didik tentang materi yang
akan dipelajari. Dalam eksplorasi guru;
1) melibatkan peserta didik dengan menerapkan prinsip alam ambang
guru dan belajar dari aneka sumber.
2) menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran serta
sumber belajar lain yang relevan
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran.
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio atau lapangan.
b. Elaborasi
Pada kegiatan elaborasi, guru;
1) membiasakan peserta didik dalam membaca dan menulis melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi belajar;
6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tulisan, secara individu atau kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, atau cara-cara lain yang efektif terhadap produk yang dihasilkan;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
rasa bangga dan percaya diri.
c. Konfirmasi
Kegiatan eksplorasi adalah memberikan konfirmasi terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai metoda. Guru
perlu:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
2) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan;
3) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
Dalam hal ini guru:
1) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan
bahasa yang baku dan benar;
2) membantu menyelesaikan masalah;
3) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi;
4) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih lanjut;
5) memberi motivasi kepada peserta untuk bereksplorasi lebih
lanjut.
3. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat
rangkuman/kesimpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan
yang telah dilakukan;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedial atau pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas individu
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
e. menyampaikan pembelajaran tahap berikutnya.
BAB II
MULTI
KECERDASAN DALAM PEMBELAJARAN
Setiap peserta didik memiliki kecerdasan yang
berbeda-beda. Kecerdasan peserta didik dalam belajar didasari beberapa jenis
kecerdasan yang ada, yang dikenal dengan multi kecerdasan. Seorang guru perlu
memahami berbagai jenis kecerdasan peserta didik, agar dapat menerapkan
strategi pembelajaran yang bervariasi dalam menjembatani proses belajar peserta
didik.
A.
Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Linguistik
merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan penggunaan bahasa
untuk mengekspresikan dan memberi makna yang kompleks. Biasanya kecerdasan ini
dimiliki oleh para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita.
Beberapa karakteristik yang ada pada orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan bahasa antara lain adalah :
1. Mendengarkan dan merespon setiap suara dan berbagai
ungkapan kata;
2. Menirukan suara, bahasa, membaca dan menulis;
3. Belajar melalui menyimak, membaca dan menulis serta
diskusi;
4. Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan,
menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan;
5. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan
atau menerangkan;
6. Berbicara secara efektif kepada beragam pendengar,
beragam tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, dan
bergairah;
7. Menulis secara efektif, memahami dan menerapkan
aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca dan kosa kata yang efektif;
8. Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa
lainnya;
9. Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan
membaca.
Kelas pada setiap pelajaran harus berupa lingkungan yang
kaya akan bahasa tempat peserta didik berbicara, berdiskusi dan menjelaskan dan
yang paling penting adalah mendorong rasa ingin tahunya.
Pembentukan lingkungan pembelajaran Verbal-Linguistik :
1. Kondisikan peserta didik untuk menceritakan suatu kisah
atau suatu masalah yang terkait dengan materi pelajaran;
2. Memberi kesempatan peserta didik untuk memimpin suatu
diskusi atau debat;
3. Menugaskan peserta didik untuk membuat sebuah artikel;
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghubungkan
suatu artikel/cerita dengan realita atau materi pelajaran;
5. Menugaskan peserta didik untuk mempresentasikan sesuatu
pokok bahasan;
6. Mengkondisikan kegiatan ”talk show” dalam suatu program/materi;
7. Menyusun suatu laporan/ resume/kajian pada suatu topik/
materi yang relevan.
B.
Kecerdasan Logika
Matematika (Logical Mathematic Intelligence)
Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan
mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi
matematika. Kecerdasan matamatika biasanya dimiliki oleh para ilmuwan, ahli
matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan matematika antara lain adalah:
1. Merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam
lingkungannya;
2. Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitatif, waktu
dan hubungan sebab akibat;
3. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan
realita;
4. Menunjukkan keterampilan memecahkan masalah secara
logis;
5. Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan;
6. Mengajukan dan menguji hipotesis;
7. Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis,
seperti memperkirakan, perhitungan logaritma, menafsirkan
statistik, dan informasi visual dalam bentuk grafik;
8. Berpikir secara sistematis dengan mengumpulkan bukti,
membuat hipotesis
dan merumuskan berbagai model;
9. Mengungkapkan ketertarikan dalam karir, seperti
akuntansi,
teknologi informasi, mesin dan ilmu kimia.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan logika matematis, antara lain:
1. menerjemahkan suatu pokok bahasan ke dalam rumus
matematika;
2. merencanakan dan memimpin suatu eksperimen;
3. menggunakan diagram venn untuk menjelaskan;
4. menggunakan analogi untuk menjelaskan;
5. mengkategorikan fakta-fakta;
6. merancang suatu simbol atau kode.
C.
Kecerdasan Spasial (Spatial
Intelligence)
Kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam
tiga dimensi seperti yang dilakukan pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan
arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang merasakan bayangan eksternal dan
internal, melukiskan kembali, mengubah dan memodifikasi bayangan dan obyek
melalui ruang untuk menghasilkan suatu gambar/grafik ataupun suatu benda.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan spasial antara lain adalah :
1. Belajar dengan melihat dan mengamati;
2. Mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif dalam
ruangan;
3. Merasakan dan menghasilkan sebuah bayangan mental,
berpikir dalam gambar dan memvisualisasikan detail;
4. Membaca grafik, bagan, peta, dan diagram visual;
5. Menikmati gambar-gambar tak beraturan, lukisan, ukiran
atau obyek repro lain dalam bentuk yang dapat dilihat;
6. Menikmati bentukan hasil tiga dimensi, seperti obyek
origami, jembatan tiruan dan maket;
7. Cakap mendesain secara abstrak;
8. Menciptakan bentuk baru dari media visual spasial.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang
terkait dengan kecerdasan spasial, antara lain:
1. Menciptakan sebuah pertunjukkan;
2. Merancang sebuah poster, buletin, dan sejenisnya;
3. Menggunakan suatu sistem memori untuk mempelajari;
4. Menciptakan suatu karya;
5. Membuat variasi bentuk dan ukuran dari suatu objek;
6. Membuat suatu ilustrasi, sketsa, denah dari suatu obyek;
7. Menggunakan proyeksi untuk mengajar.
D.
Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Kemampuan seseorang untuk menggerakkan suatu obyek dan
keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Kemampuan atau kecerdasan ini
dimiliki oleh para atlit, penari, ahli bedah, dan seniman.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan kinestetik antara lain adalah :
1. menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan
gerakan;
2. mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu;
3. belajar dengan lebih baik, jika terlibat langsung dan
berpartisipasi;
4. menikmati secara konkrit dalam mempelajari
pengalaman-pengalaman, seperti perjalanan ke alam bebas, berpartisipasi dalam
bermain peran dan permainan ketangkasan;
5. menunjukkan keterampilan atau mendemonstrasikan keahlian
dalam bidangnya.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang
terkait dengan kinestetik, antara lain:
1. Bermain peran atau menirukan;
2. Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan untuk
menjelaskan;
3. Menciptakan suatu model;
4. Merancang suatu produk;
5. Merencanakan dan menghadiri suatu perjalanan lapangan;
6. Membuat suatu permainan atau sejenisnya.
E.
Kecerdasan Musik (Musical
Intelligence)
Merupakan kecerdasan yang memiliki sensitivitas pada pola
titian nada, melodi, ritme, dan nada seperti yang dimiliki oleh komposer,
musisi, kritikus, dan pembuat alat musik, atau seorang pendengar yang sensitif.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan musikal antara lain adalah :
1. Mendengar dan merespon dengan ketertarikan terhadap
berbagai bunyi;
2. Menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik
atau suara-suara alam pada suasana belajar;
3. Merespon terhadap musik secara kinestetik;
4. Mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran
dan variasi budaya;
5. Mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam
berbagai bentuk;
6. Mengembangkan kemampuan menyanyi atau memainkan instrumen
secara sendiri;
7. Mengembangkan referensi kerangka berpikir pribadi untuk
mendengarkan musik;
8. Mengembangkan improvisasi dan bermain dengan suara/bunyi.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu yang terkait
dengan kecerdasan musikal, antara lain:
1. Meyajikan suatu pertunjukkan dengan iringan musik yang
tepat;
2. Menyanyikan sebuah kritikan atau lagu;
3. Menyajikan kelas musik dalam waktu singkat pada suatu
materi/pokok bahasan;
4. Menggunakan musik untuk mempertinggi semangat belajar;
5. Menuliskan suatu lirik lagu untuk suatu pokok
bahasan/materi.
F.
Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain secera efektif, seperti yang dimiliki oleh guru, pekerja
sosial, artis atau politisi yang sukses.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan interpersonal antara lain adalah :
1. terikat dengan dan berinteraksi dengan orang lain;
2. membentuk dan menjaga hubungan sosial;
3. mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam
berhubungan dengan orang lain;
4. merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan
gaya hidup orang lain;
5. berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima
bermacam peran yang perlu dilaksanakan;
6. mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain;
7. memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik secara
verbal maupun non verbal;
8. menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan group yang
berbeda;
9. mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan penengah
sengketa;
10. Tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal,
seperti mengajar, pekerjaan sosial dan konseling.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang
terkait dengan kecerdasan interpersonal, antara lain:
1. memimpin suatu rapat;
2. bersama seorang rekan menggunakan penyelesaian masalah berat;
3. bermain peranan dengan berbagai perspektif;
4. mengatur dan ikut serta dalam sebuah kelompok;
5. mengajarkan orang lain tentang suatu hal;
6. berlatih memberi dan menerima umpan balik;
7. menciptakan suatu sistem /prosedur dari suatu kegiatan.
G.Kecerdasan
Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuannya untuk merencanakan dan
mengarahkan kehidupan seseorang, seperti yang dimiliki oleh ahli agama, ahli
psikologi dan ahli filsafat.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan intrapersonal antara lain adalah :
1. sadar akan wilayah emosinya;
2. menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengekpresikan
perasaan dan pemikirannya;
3. mengembangkan model diri yang akurat;
4. termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan
tujuannya;
5. membangun dan hidup dalam suatu sistem nilai etika
(agama);
6. bekerja mandiri;
7. mengatur secara kontinyu pembelajaran dan perkembangan
tujuan personalnya;
8. berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya
sendiri;
9. berusaha untuk mengaktualisasikan diri;
10. memberdayakan orang lain (memiliki tanggung jawab
kemanusiaan).
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang
terkait dengan kecerdasan intrapersonal, antara lain:
1. Menggambarkan bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat
membantu menuju kesuksesan;
2. Merangkai dan mengejar suatu tujuan;
3. Menggambarkan perasaannya tentang sesuatu;
4. Menggunakan acuan belajar;
5. Membuat suatu jurnal;
6. Menerima umpan balik dari orang lain;
7. Mengomentari atau menilai hasil pekerjaannya.
H.
Kecerdasan Natural
(Naturalistic Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terkait
dengan lingkungan alam dan merupakan kecerdasan kedelapan dari kecerdasan yang
tidak termasuk teori asli Multiple Intelligences
dari Gardner. Kecerdasan ini terkait dengan sensitifitas terhadap alam dan
faktor lingkungan, misalnya mudah berinteraksi dengan hewan, mampu memprediksi
terjadinya perubahan alam, mudah mengenali berbagai spesies hewan maupun
tumbuhan. Kecerdasan ini akan lebih mudah diwujudkan melalui pengumpulan dan
penganalisaan suatu subjek yang berhubungan dengan alam.
BAB III
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang dirancang atau dikembangkan dengan menggunakan pola pembelajaran
tertentu. Pola pembelajaran yang dimaksud dapat menggambarkan kegiatan guru dan
peserta didik dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang
menyebabkan terjadinya proses belajar. Pola pembelajaran menjelaskan karakteristik
serentetan kegiatan yang dilakukan oleh guru-peserta didik. Pola pembelajaran
dikenal dengan istilah sintak ( Bruce Joyce, 1985)
Pada penjelasan pelaksanaan pembelajaran yang tertuang
pada Lampiran Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, tentang Standar Proses, II poin
C, dinyatakan tentang beberapa model pembelajaran alternatif yang dapat
dikembangkan dan digunakan secara inovatif sesuai dengan kebutuhan dan situasi
yang dihadapi di kelas serta untuk mendukung iklim belajar PAKEM (pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Iklim belajar PAKEM diharapkan dapat
menumbuhkembangkan secara optimal multi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta
didik.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan terkait
dengan iklim belajar PAKEM antara lain:
A.
Project Work
Project work adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik
pada prosedur kerja yang sistematis dan
standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk (barang atau jasa), melalui proses produksi/pekerjaan yang
sesungguhnya. Model pembelajaran project
work sering digunakan untuk program pembelajaran produktif.
Langkah-langkah pembelajaran project work
1. Perencanaan Project Work
a. Inventarisasi jenis pekerjaan (job), standar kompetensi dan produk yang dapat dihasilkan.
1) Inventarisasi Standar Kompetensi Lulusan
Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi standar kompetensi (SK) yang terdapat dalam
kurikulum/silabus.
SK1 …………………………..
SK2 …………….……………..
SK3 …………….……………..
Dst ….......…………...……….
b. Inventarisasi Pekerjaan (Job)
Pendataan jenis pekerjaan (job) dapat mengacu: kepada jenis pekerjaan yang ada di kurikulum,
Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku, dan atau standar pekerjaan lain yang
ada di DU/DI/masyarakat. Setiap kompetensi keahlian pada umumnya memiliki lebih
dari satu bidang/jenis pekerjaan yang dapat di isi oleh lulusan.
P.1 ………………………………………….
P.2 ………………………………….………
P.3 …………………………………..…......
Dst.
c. Inventarisasi Produk (Barang/Jasa) Setiap Pekejaan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengiden-tifikasi produk
yang dapat dihasilkan oleh setiap bidang/jenis pekerjaan sehingga peserta didik
memilki orientasi produk yang akan dihasilkan pada setiap pembelajaran.
Tabel 1. Daftar Nama Produk Setiap Bidang Pekerjaan
No
|
Bidang/Jenis Pekerjaan
|
Nama Produk (barang/Jasa)
|
1
|
P1
|
Pr1
|
Pr2
|
||
2
|
P2
|
Pr3
|
Pr3
|
||
3
|
P3
|
Pr4
|
Pr5
|
d. Analisis Standar Kompetensi Terhadap Produk (Barang/Jasa)
Hasil inventarisasi standar kompetensi lulusan, bidang
pekerjaan, dan produk tersebut, selanjutnya dianalisis standar kompetensi yang
dibutuhkan untuk menghasilkan setiap produk dan bidang pekerjaan dengan
menggunakan tabel 2.
Tabel 2. Analisis Standar Kompetensi Terhadap Jenis Produk
Standar
Kompe-
tensi
Produk
|
Kode Standar Kompetensi |
|||||||
SK1
|
SK2
|
SK3
|
SK4
|
SK5
|
SK6
|
SK7
|
SKn
|
|
Pr1
|
√
|
√
|
|
√
|
|
|
|
|
Pr2
|
√
|
√
|
√
|
|
√
|
|
|
|
Pr3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Prn
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Baris pada kolom 1 diisi kode produk (nama barang/jasa), sedangkan
kolom berikutnya diisi dengan kode Standar Kompetensi hasil inventarisasi
(Kurikulum/Silabus).
Menentukan standar kompetensi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan produk (barang/jasa) dengan memberi tanda cek (√) pada kolom
standar kompetensi terkait.
Hasil analisis Standar Kompetensi terhadap Jenis Produk pada
tabel 2 dapat dimaknai sebagai berikut.
1. Produk (Pr1) dapat dikerjakan pada pembelajaran SK1, SK2,
SK4
2. Produk (Pr2 ) dapat dikerjakan pada pembelajaran SK1,
SK2, SK3 dan SK 5, demikian selanjutnya untuk Produk yang lain.
3. Produk (Pr1) dan (Pr2 ) dapat digunakan sebagai pilihan
peserta didik sebagai media pembelajaran SK1 dan SK2
4. Setelah seluruh standar kompetensi teridentifikasi terhadap
produk yang ada, maka guru menetapkan alternatif produk yang akan dikembangkan
untuk setiap standar kompetensi yang dipelajari. Alternatif produk dapat
dipilih oleh peserta didik.
e.
Penetapan
Bukti Belajar/Evidence of Learning
Berdasarkan hasil analisis standar kompetensi terhadap
produk, guru diminta untuk menetapkan bukti-bukti belajar (Evidence Of Learning) yang akan digunakan sebagi acuan dalam
penilaian hasil belajar peserta didik.
2. Pelaksanaan Model Pembelajaran
Pendekatan Project Work
Pembelajaran dengan pendekatan
Project Work dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan:
1. tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2. strategi pembelajaran dengan pendekatan project work
3. alternatif judul/nama produk/jasa yang dapat dipilih peserta.
4. ruang lingkup standar kompetensi yang akan dipelajari
oleh peserta didik untuk setiap judul/nama produk/jasa
5. menyusun dan menetapkan pedoman penilaian kompetensi
sesuai dengan judul project work
6. memfasilitasi bimbingan kepada peserta didik dengan memanfaatkan
lembar bimbingan.
b. Peserta didik
1.
memilih salah satu judul/nama produk/jasa. Dan menyusun
rencana Project Work sesuai dengan judul yang dipilih. Kerangka rencana Project
Work sebagai berikut.
1) LATAR BELAKANG
2) KEUNGGULAN DAN FUNGSI
PRODUK/JASA.
3) SKETSA/GAMBAR KERJA (jika
diperlukan)
4) BAHAN PRODUKSI
5) FASILITAS/PERALATAN PRODUKSI
6) PROSES PRODUKSI
·
RENCANA
ANGGARAN BIAYA
·
SASARAN
PASAR/KONSUMEN
·
JADWAL PELAKSANAAN
2.
melakukan proses belajar sesuai dengan proses
produksi yang telah direncanakan. Kegiatan dilakukan sesuai dengan rambu-rambu
yang telah ditetapkan dalam proposal di bawah bimbingan dan pengawasan guru.
Proses belajar menekankan pada pencapaian standar kompetensi yang dibuktikan
dengan bukti belajar (learning evidence) dan diorganisasi dalam bentuk portofolio.
3.
mengorganisasi bukti belajar sebagai portofolio.
4.
melaksanakan kegiatan kulminasi (presentasi/
pengujian/penyajian/display).
5. menyusun laporan sesuai dengan
pengalaman belajar yang diperoleh.
3. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dengan pendekatan project work
pada dasarnya adalah penilaian standar kompetensi yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, kesesuaian produk/jasa, dan kesesuaian waktu
pelaksanaan. Komponen project work yang dinilai terdiri dari penyusunan rencana
Project Work, pelaksanaan proses produksi,
laporan, kegiatan, dan kulminasi (presentasi/ pengujian/penyajian/display).
Peserta didik dinyatakan kompeten apabila memenuhi
standar minimal yang dipersyaratkan pada indikator dari setiap kompetensi
dasar. Penetapan pencapaian nilai mengacu pada Pedoman Penilaian dan Pelaporan
Hasil Belajar Peserta Didik SMK.
Merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Filosofi
pendekatan pembelajaran Quantum dikenal dengan istilah TANDUR yang merupakan
kepanjangan dari :
T
|
=
|
Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan
menunjukkan manfaat dari kompetensi yang dipelajari terhadap kehidupan
peserta didik
|
A
|
=
|
Alami, ciptakan dan berikan pengalaman langsung yang dapat dimengerti oleh peserta
didik
|
N
|
=
|
Namai, berikan kata-kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, untuk mudah
diingat dan dipahami
|
D
|
=
|
Demonstrasikan, sediakan waktu dan
kesempatan bagi peserta didik untuk menunjukkan kemampuan yang diperoleh selama
proses pembelajaran
|
U
|
=
|
Ulangi, tunjukkan kepada peserta didik cara mengulangi materi dan tegaskan bahwa
“Aku mampu bahwa aku memang mampu”
|
R
|
=
|
Rayakan, akui hasil belajar peserta didik, baik dalam bentuk penyelesaian,
partisipasi, perolehan keterampilan ataupun ilmu pengetahuan dan beri
penghargaan
|
1.
Pendekatan Pembelajaran Quantum
Kelas merupakan komunitas belajar yang menjadi tempat
untuk meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik dan pertumbuhan
bagi peserta didik. Kelas merupakan tempat bagi peserta didik mencari dan
terbuka terhadap umpan balik, mengalami perubahan, kegembiraan dan kepuasan,
memberi dan menerima, belajar mengakui dan mendukung orang lain, serta belajar
dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Untuk membentuk lingkungan kelas yang dapat mengakomodasi
semua tempat belajar yang baik, diperlukan langkah-langkah berikut:
a. Membangun ikatan emosional. Kunci untuk membangun ikatan
emosional adalah dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin
hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar.
b. Menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik pada proses pembelajaran, guru harus
membangun hubungan dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian.
c. Menciptakan keriangan dan ketakjuban. Menumbuhkan lebih
banyak kegembiraan dalam pengajaran, melalui pemberian afirmasi (penguatan atau
penegasan), pengakuan, dan perayaan,
d. Mengambil Resiko
Peserta didik belajar berani mengambil resiko. Sebagai
contoh peserta didik berani menghabiskan sebagian waktunya untuk datang ke
sekolah merupakan salah satu resiko peserta didik dalam memasuki proses
belajar.
e. Ciptakan rasa
saling memiliki
Umumnya semua peserta didik ingin merasa saling memiliki,
karena dengan rasa saling memiliki akan memberikan nilai tambah, merasa lebih berdaya
dan diterima di dalam kelompoknya. Dengan rasa saling memiliki akan menciptakan
rasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan dan dukungan dalam belajar.
f.
Memberikan
keteladanan
Keteladanan guru dalam segala hal menjadi cara yang ampuh
dalam membangun hubungan dan memahami perasaan orang lain. Keteladanan akan memperkuat
proses pembelajaran yang dilakukan.
Langkah-langkah pembelajaran quantum:
1)
Menentukan tujuan pembelajaran
2) Komunitas dalam belajar memiliki tujuan yang sama. Dimanapun
mereka berada, baik di kelas, di sekolah maupun di lembaga diklat lain, memiliki
tujuan sama yaitu mengembangkan kecakapan peserta didik sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan.
3) Meyakinkan kemampuan peserta
didik dalam belajar, dan kemampuan guru dalam mengajar
4)
Menjaga agar komunitas kelas tepat berjalan agar
peserta didik tetap memiliki minat belajar tinggi
Lingkungan yang mendukung model pembelajaran quantum
antara lain :
1) Poster ikon, poster afirmasi, penggunaan
warna, alat
2) bantu dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran, kemampuan guru dan fasilitas yang dimiliki.
3)
Pengaturan tempat duduk peserta didik memiliki
peran penting dalam proses pembelajaran. Peserta didik diberi kebebasan untuk
mengatur posisi tempat duduk sehingga proses interaksi dapat berjalan dengan
baik.
4)
Tumbuhan, aroma dan unsur organik lainnya, dapat
memperkaya kesegaran ruangan kelas
5)
Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati,
mengubah keadaan mental peserta didik, serta mendukung lingkungan belajar.
Pembelajaran CTL (Contextual
Teaching And Learning) merupakan suatu proses belajar yang holistik,
bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan peserta
didik sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural). Dengan demikian, mereka
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
Karakteristik Pembelajaran
Berbasis CTL
1)
Kerjasama
2)
Saling menunjang
3)
Menyenangkan
4)
Tidak membosankan
5)
Belajar dengan bergairah
6)
Pembelajaran terintegrasi
7)
Menggunakan berbagai sumber
8)
Peserta didik aktif
Guru perlu mengkondisikan dan mempersiapkan materi
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan mengkaitkannya dengan realitas
dan kebenaran (konstruktivisme).
Guru perlu memahami:
1.
Belajar adalah kegiatan aktif, yaitu peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya, mencari sendiri arti dari apa yang mereka
pelajari dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
2.
Belajar bukanlah suatu proses mengumpulkan sesuatu,
tetapi merupakan suatu proses menemukan sesuatu melalui pengembangan pemikiran
dengan cara membuat kerangka pengertian yang baru.
3.
Peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri,
sehingga setiap peserta didik perlu mengerti kekhasan, keunggulan dan
kelemahannya dalam menghadapi suatu apapun.
4.
Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru
ke peserta didik, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya.
5.
Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik
dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap
kritis, mengadakan justifikasi.
6.
Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk
membantu proses belajar peserta
didik agar berjalan baik.
Proses belajar lebih ditekankan
pada peserta didik yang belajar.
1. Komponen CTL
a. INQUIRY
(merumuskan masalah)
Bagaimana cara melukiskan suasana kerja di suatu unit
kerja? Dapat dilakukan antara lain melalui:
1)
mengamati atau melakukan observasi.
2)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan atau
gambar.
3) mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.
b. QUESTIONING ( bertanya)
Questioning dapat diterapkan antara peserta didik dengan peserta didik,
antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara
peserta didik dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Questioning juga dapat dilakukan saat
berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengamati atau menemui kesulitan.
c.
KONSTRUKTIVISME
Merancang pembelajaran dalam
bentuk peserta didik bekerja praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara
fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan atau menciptakan ide.
d. LEARNING COMMUNITY (masyarakat belajar)
Masyarakat belajar dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Materi yang
diberikan, antara lain berupa pembentukan kelompok kecil, kelompok besar,
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat atau bekerja dengan
kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat di lingkungan sekolah.
e. AUTHENTIC ASSESSMENT (penilaian yang sebenarnya)
1) Kemajuan belajar dinilai dari proses dan hasil.
2) Menilai pengetahuan, keterampilan dan sikap (performansi)
yang diperoleh peserta didik.
3) Penilai tidak hanya oleh guru, tetapi juga bisa teman
atau orang lain.
4) Karakteristik Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah
proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dalam bentuk formatif maupun sumatif.
5) Obyek yang diukur adalah pengetahuan dan keterampilan,
bukan sekedar mengingat fakta, bersifat berkesinambungan, terintegrasi dan
dapat digunakan sebagai feed back.
f.
MODELING (pemodelan)
Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model
dari peserta didik yang memiliki kelebihan dengan cara mendemonstrasikan
kemampuannya atau dari pihak luar yang bertindak sebagai native speaker.
g. REFLECTION (refleksi)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal
yang sudah diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan
suatu tindakan penyempurnaan. Realisasi dari refleksi dapat berupa:
1) pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh peserta
didik
2) Catatan atau jurnal peserta didik.
3) Kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran
4) Proses dan hasil Diskusi.
5) Hasil karya.
Model pembelajaran CTL dilaksanakan dengan langkah
sebagai berikut:
1) Mengkaji materi ajar yang bersifat konsep atau teori yang
akan dipelajari peserta didik.
2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup peserta
didik melalui proses pengkajian secara seksama.
3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal peserta
didik, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang
akan dibahas.
4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori
yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman peserta didik dan lingkungan
kehidupannya.
5) Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong peserta
didik untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman
sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-hari, serta mendorong peserta didik untuk
membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman peserta didik terhadap konsep
atau teori yang sedang dipelajarinya.
6) Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman
yang mendalam terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan
dapat meningkatkan dan menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya.
D.
Problem-Based
Learning (PBL)
1.
Definisi PBL
PBL adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan
penyelesaian masalah. Pengertian tersebut sejalan dengan yang diutarakan oleh
Barrows & Tamblyn:
“…the learning which result from the process of
working towards the understanding of, or resolution of a problem.” (Barrows
& Tamblyn, 1980).
Sebagai model pembelajaran, PBL menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
2. Prinsip Dasar
a. Pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal,
pertanyaan, dsb) yang perlu diselesaikan.
b. Masalah yang dihadapi akan merangsang peserta didik untuk
mencari solusinya; peserta didik mencari/membentuk pengetahuan baru untuk
menyelesaikan masalah.
3. Tujuan PBL
a. Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
proses belajar
b. Menilai sejauh mana pemahaman peserta didik tentang
materi yang dipelajari
4. Beberapa
Kelebihan PBL
a. PBL merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta
didik untuk melakukan pembelajaran yang reflektif, kritis dan aktif.
b. PBL merangsang peserta didik untuk bertanya dan menggali
pengetahuan secara mendalam.
c. PBL mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu:
kompleks dan berubah-ubah sesuai kebutuhan, sebagai respons terhadap masalah
yang dihadapi.
5. Kompetensi yang
dikembangkan
a. Beradaptasi dan berpartisipasi dalam perubahan.
b. Mengenali dan memahami masalah serta mampu membuat
keputusan yang beralasan dalam situasi baru.
c. Menalar secara kritis dan kreatif.
d. Mengadopsi pendekatan yang lebih universal atau
menyeluruh.
e. Mempraktikkan empati dan menghargai sudut pandang orang
lain.
f. Berkolaborasi secara produktif dalam kelompok.
g. Mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta
menemukan cara untuk mengatasi kelemahan diri; self-directed learning.
6. Karakteristik Masalah PBL
a. Masalah dapat berupa tugas melakukan sesuatu, pertanyaan
atau hasil identifikasi dari keadaan yang ada di sekitar peserta didik.
b. Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang
jelas sehingga merangsang peserta didik untuk mencari informasi untuk
memperjelasnya.
c. Masalah harus cukup kompleks dan ambigu sehingga peserta
didik terdorong untuk menggunakan berbagai strategi penyelesaian masalah,
teknik dan ketrampilan berpikir.
d. Masalah harus bermakna dan ada hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik termotivasi mengarahkan dirinya
untuk menyelesaikan masalah dan mengujinya secara praktis.
7. Sumber
Pembelajaran
a. Bahan bacaan, baik yang disediakan secara langsung maupun
yang ada di sekitar tempat belajar.
b. Informasi dari narasumber (dijelaskan sekilas dan
berdasarkan pertanyaan peserta didik).
c. Lingkungan dan hasil uji coba praktis.
d. Sumber-sumber lain yang dapat diakses peserta didik.
8. Metode dalam PBL
a. Diskusi kelompok.
b. Belajar mandiri (individual).
c. Eksperimen kelompok.
d. Observasi gejala dan wawancara terhadap narasumber.
e. Komparasi dengan hasil-hasil penyelesaian masalah yang
sudah ada.
9. Karakteristik
Kelompok
a. Peserta didik dibagi secara acak.
b. Jumlah anggota kelompok berkisar antara 5-8 orang.
c. Heterogen (latar belakang dan kemampuan cukup beragam).
d. Waktu kerja disesuaikan dengan jadwal belajar dan
kesediaan anggota kelompok.
10. Peran Guru
a. Guru berperan sebagai fasilitator
b. Menyusun ‘trigger problems’
c. Guru juga dapat berperan sebagai narasumber terutama utk
informasi yang sulit diperoleh dari sumber lain
d. Memastikan jalannya proses pembelajaran dan setiap
anggota kelompok terlibat
e. Melakukan evaluasi
11. Langkah-langkah
PBL
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan
logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya
e. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Contoh Pelaksanaan PBL
Proses
|
Sasaran
|
Hasil
|
Tutor memulai sesi dengan
presentasi masalah
|
Peserta didik dirangsang
untuk dapat mengidentifikasi masalah konkret
|
Pembelajaran tentang konteks
masalah dan ruang lingkup materi
|
Peserta didik mencari dan
menyusun kerangka berpikir untuk menyelesaikan masalah
|
Peserta didik aktif menggali
berbagai sumber untuk memperoleh info yang dibutuhkan
|
Belajar secara kumulatif dan
mengaitkan berbagai pengetahuan
|
Peserta didik menguji pendekatan dan solusi
masalah mereka
|
Peserta didik melatih kemampuan logika dan
analisis
|
Meningkatkan perkembangan mental lebih
kompleks
|
Peserta didik mengevaluasi dan merevisi
solusi mereka; memanfaatkan feed-back
|
Membandingkan dengan kelompok lain dan
menerima umpan balik
|
Memperoleh tambahan pengetahuan tentang
masalah
|
Peserta didik menyusun ‘teori’ baru
berdasarkan pengalaman penyelesaian masalah
|
Peserta didik belajar melakukan abstraksi
dan generalisasi brdasarkan pengalaman
|
Mampu mengintegrasi pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman
|
Peserta didik menerapkan ‘teori’ untuk
membahas masalah baru dan evaluasi kritis
|
Peserta didik menguji apakah pengetahuan yang
diperolehnya berguna/ tidak.
|
Mampu membuat solusi yang realistik dan
tepat-guna.
|
E.
MODEL MENGAJAR INQUIRY
TRAINING
1. Pengertian
Model mengajar Inquiry
Training adalah model pembelajaran yang diarahkan untuk membantu peserta
didik mengembangkan keterampilan intelektual yang terkait dengan penalaran sehingga
mampu merumuskan masalah, membangun konsep dan hipotesis serta menguji untuk
mencari jawaban
2. Langkah-Langkah Kegiatan Belajar
a. Fase satu, mengidentifikasi masalah
b. Fase dua: mengumpulkan informasi yang dilihat dan dialami
terkait dengan masalah
c. Fase tiga , mengelompokkan data:
1) Memisahkan variabel-variabel yang relevan.
2) Membuat hipotesa tentang hubungan-hubungan penyebab.
d. Fase empat, mengorganisasikan data dan memformulasikan suatu
paparan.
e. Fase lima, menganalisis strategi inquiri dan
mengembangkan model pembelajaran yang lebih efektif.
F.
Model Bermain Peran (Role
Playing)
1. Pengertian
Model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan
kemampuan analogi tentang situasi permasalahan kehidupan yang sebenarnya.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Fase pertama memotivasi
kelompok dengan
mengidentifikasi dan menjelaskan masalah,
menginterpretasikan; mengekplorasi isu-isu, menjelaskan peran.
b. Fase kedua, memilih peran.
c. Fase ketiga, menyiapkan pengamat.
d. Fase keempat, menyiapkan tahap-tahap peran.
e. Fase kelima, pemeranan.
f. Fase keenam, diskusi dan evaluasi.
g. Fase ketujuh, pemeranan ulang.
h. Fase kedelapan, diskusi dan evaluasi.
i. Fase kesembilan, membagi pengalaman dan menarik
generalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar