Electronic Stability Control/Program (ESC/ESP)
Sebenarnya akan lebih baik kalau tulisan tentang ESC/ESP terlebih dahulu diawali dengan uraian Antilock Braking System (ABS) dan Traction Control (TC), karena ESP muncul belakangan hasil dari inovasi ABS/TC, hal ini berarti teknologi ESP memperluas fitur dari ABS/TC. Dengan kata lain bahwa kendaraan yang menerapkan ESP pasti memakai ABS/TC dan sebaliknya meskipun mobil itu memilik ABS/TC belum tentu menggunakan ESP.
Dilihat dari sejarahnya maka ESP bisa dikatakan relativ baru, karena mulai diterapkan secara komersial pada tahun 90-an pada mobil-mobil “mewah”.
Sebagai seorang trainer saya belum pernah mengajarkan ESP pada peserta pelatihan, namun ABS/TC sudah cukup sering saya sampaikan pada berbagai pelatihan termasuk di Damman, Riyadh dan Muscat-Oman yaitu di Pusat Pelatihan Dealers General Motors Middle East Operation sekitar thn 1998.
Oleh karena itu cukup menarik bagi saya menurunkan tulisan ini sekaligus untuk meningkatkan pemahaman saya pada ESP, dan seperti biasanya tulisan ini dirangkum dari berbagai sumber…Semoga bermanfaat…
Electronic Stability Control atau pada kendaraan buatan Jerman sering mereka menyebutnya dengan Electronic Stability Program (ESP) adalah teknologi komputerisasi bersama-sama dengan Antilock Braking System (ABS) berfungsi untuk meningkatkan stabilitas kendaraan saat berjalan.
Waktu sensor-sensor ESC/ESP mendeteksi bahwa sopir kehilangan kendali pada steer, maka secara otomatis ESC/ESP menerapkan sistem rem untuk membantu mestabilkan kendaraan sesuai dengan arah yang diinginkan. Hal ini memungkinkan dengan sistem rem yang bekerja secara independent pada setiap roda, artinya secara otomatis rem akan menekan atau meregulasi tekanan hidraulis pada roda-roda secara individual.
Misalnya pada waktu membelok, bilamana kendaraan cenderung oversteer, maka tekanan minyak rem akan diteruskan ke roda depan luar untuk melawan oversteer itu, begitu juga halnya ketika terjadi understeer maka tekanan minyak rem akan diteruskan ke roda belakang guna mengurangi understeer, hal ini berlangsung secara otomatis..
Beberapa sistem ESC/ESP juga mengurangi daya mesin sampai sampai kendaraan dapat dikendalikan kembali, secara otomatis putaran mesin akan turun jika sensor ESP mendeteksi kehilangan kendali pada steer saat membelok dan tentu saja tujuan utamanya untuk mengurangi kecelakaan.
Khususnya bila mobil itu dikendarai pada jalan yang bersalju/jalan sangat licin, maka ESP sangat membantu pengemudi, karena pada jalan yang sangat licin sulitnya pengendalian steer sering terjadi.
Kendaraan dengan ESP akan lebih mudah/stabil/tidak berbelok kesana-kemari jika lari dipermukaan jalan yang sangat licin/bersalju, sementara itu kendaraan yang tidak memakai ESP harus berjalan pelan-pelan agar kemudi masih dapat dikendalikan dengan aman/sesuai dengan arah yang dikehendaki..
SEJARAH ESC/ESP
Di awali pada tahun 1987, ketika Mercedes-Benz dan BMW memperkenalkan sistem kontrol traksi (Traction Control System/TC) pertama mereka pada kendaraannya, Maka metoda yang sama diterapkan pada ESC yaitu aplikasi pengereman roda secara individual.
Kalau pengemudi menginjak pedal gas dengan cepat saat kendaraan bergerak pertama kali, maka roda akan cenderung “spin” (sering juga secara teknik disebut “skid”) pada permukaan jalan, melalui sensor-sensor putaran roda (wheel speed sensors) maka unit control ABS/TC dapat mendeteksi bahwa telah terjadi spin/skid antara roda dengan permukaan jalan, selanjutnya sistem rem akan mengerem roda yang spin tersebut sampai spin-nya hilang, lalu mobil dapat bergerak dengan mulus tanpa terjadinya spin/skid lagi pada roda..
Catatan;
Untuk mempermudah pemahaman istilah spin/skid dan slip, maka harus disepakati dulu bahwa:
Spin/skid dipakai untuk pengertian bahwa roda berputar cepat pada permukaan jalan, tetapi bodi kendaraan tidak bergerak atau bergerak lambat tidak sesui dengan putaran roda, keadaan ini biasanya terjadi jika mobil berjalan pada permukaan jalan yang sangat licin. Traction Control digunakan untuk mencegak roda spin/skid saat pedal gas ditekan tapi permukaan jalan licin
Slip berarti roda menggesek pada permukaan jalan, dalam pengertian bahwa roda sudah berhenti berputar, tetapi bodi kendaraan tetap bergerak atau berjalan, biasanya hal ini terjadi waktu kita melakukan pengereman dengan kuat dan mendadak
ABS mencegah roda slip/mengunci/berhenti berputar saat dilakukan rem dengan kuat/mendadak.
Baik spin/skid maupun slip akan mengakibatkan kendaraan sulit dikendalikan arahnya melalui roda kemudi. Contohnya, jika pengereman mendadak dilakukan sampai roda slip/tidak berputar /menggesek pada permukaan jalan, tapi mobil masih tetap bergerak/meluncur, maka kendaraan akan bisa bergerak ke kiri atau ke kanan tanpa dapat dikendalikan. Effek yang sama juga terjadi pada waktu roda spin pada permukaan jalan, maka kendaraan pun sulit dikendalikan arahnya dengan steer.
Saat ini keduanya; ABS dan TC sudah disatukan menjadi sistem yang disebut dengan ABS/TC.
Jadi jelaslah sudah, bahwa jika kendaraan dilengkapi dengan ABS/TC, sekuat dan secepat apapun Anda menekan pedal gas saat kendaraan bergerak pertama kali, maka roda/ban “mecicit”/spin/skid pada permukaan jalan tidak akan pernah terjadi…Oleh karena itu untuk para “racer” atau anak muda yang senang menginjak pedal gasnya sampai menimbulkan suara spin pada ban/roda, disarankan jangan mamakai mobil dengan ABS/TC, karena Anda tidak akan lagi mendengat bunyi “cicitan ban/roda” pada mobil…(he..he..)
Tapi secara umum TC tidak dimaksudkan untuk menstabilkan kendaraan saat kehilangan kendali steer waktu kendaraan sedang berjalan, tetapi TC hanya berfungsi untuk mencegah roda spin saat mobil bergerak pertama kalinya, sedangkan ABS berfungsi untuk mencegah roda slip/lock/mengunci saat di rem, tapi saat ini umumnya ABS dan TC menggunakan Unit Control Electronic yang sama dan Unit Hiraulis rem yang sama pula sehingga secara teknik kita menyebutnya ABS/TC.
Bermula dari ABS/TC itulah, pada tahun 1990-an sistem telah dikembangkan lebih modern oleh Mitsubishi mereka menyebutnya dengan Active Skid and Traction Control (ASTC) system. Dikembangkan untuk membantu pengemudi menjaga stabilitas kendaraan melalui sebuah Unit Kontrol Elekronis /komputer yang dapat memantau beberapa parameter operasional kendaraan melalui sensor-sensornya.
Misalnya jika pedal gas terlalu dalam diinjak waktu kendaraan menikung, maka Unit Kontrol Electronis/komputer akan mengurangi putaran/daya mesin secara otomatis serta pengereman dilakukan secara otomatis pula agar kendaraan tidak limbung/terseret/ke arah luar kurva belokan (understeer) atau oversteer
Pengaturan ini dilakukan serempak antara penekanan minyak rem ke roda dan penurunan putaran mesin sampai kendaraan dapat berjalan kembali pada kuva belokan yang diinginkan.
Tentu saja cara yang sama dilakukan oleh sistem ini kalau kendaraan berjalan pada permukaan yang licin, waktu mobil mulai limbung ke kiri atau ke kanan sebab roda spin permukaan jalan yang licin, maka Unit Kontrol Elektronis/Komputer segera mengurangi putaran mesin dan melakukan pengereman pada roda yang spin itu, sehingga larinya mobil stabil kembali. Proses tersebut berlangsung berulang-ulang dalam waktu yang sangat cepat.
BMW, bekerja sama dengan Robert Bosch GmbH dan Continental Automotive Systems, lalu mengembangkan sistem ini untuk mengurangi torsi mesin guna mencegah kehilangan kendali kemudi, dan mulai tahun 1992 semua produksi BMW menerapkan ESP pada kendaraannya.
Dari tahun 1987 hingga 1992, Mercedes-Benz dan Robert Bosch GmbH bersama-sama mengembangkan sistem yang mereka sebut “Elektronisches Stabilitätsprogramm”(bahasa jerman) (Electronic Stability Program)" dan terdaftar dengan merek dagang sebagai ESP.
Lalu General Motors (GM) bekerja sama dengan Delphi Corporation membuat ESC yang mereka sebut dengan "StabiliTrak" pada tahun 1997, hanya dipakai untuk Cadillac, setelah itu StabiliTrak dijadikan perlengkapan standar untuk semua mobil jenis SUV - Van GM yang dijual di AS dan Kanada pada tahun 2007, kecuali untuk kendaraan komersial dan armada tertentu.
Sementara "StabiliTrak" adalah nama yang digunakan pada kebanyakan kendaraan General Motors untuk pasar AS, tapi istilah "Electronic Stability Control (ESC)" dipakai untuk kendaraan GM yang dibuat di luar AS, seperti Opel, Holden dan Saab,
Pada Ford, ESC mereka sebut dengan istilah “AdvanceTrac”, diluncurkan tahun 2000. Ford kemudian menambahkan “Roll Stability Control” untuk AdvanceTrac yang pertama kali diperkenalkan pada Volvo XC90 pada tahun 2003 (saat itu Volvo Cars dimiliki oleh Ford)
Pada tahun 1995 produsen mobil Mercedes-Benz memperkenalkan sistem ESP. yang dipasok oleh Bosch. Mobil pertama MB yang mengimplementasikan sistem ini adalah model S-Class-W140. Pada tahun yang sama BMW juga mengaplikasin ESP pada kendaraannya, tapi ESP tersebut dibuat bersama oleh Bosch dan Continental Systems Automotive.
Tak ketinggalan pula Volvo mulai menawarkan ESC pada beberapa model mereka sementara itu Toyota dengan Vehicle Stability Control System mereka perkenalkan tahun 2004 di Toyota Crown.
Saat ini, hampir semua merek premium telah menjadikan ESC/ESP sebagai perlengkapan standard pada semua kendaraan lansirannya, dan jumlah kendaraan dengan ESC/ESP juga terus meningkat.
Ford dan Toyota termasuk Lexus mengumumkan bahwa semua kendaraan mereka yang dipasarkan Amerika akan dilengkapi dengan standar ESC/ESP pada akhir tahun 2009.
Demikian pula General Motors telah mengumuman bahwa pada akhir tahun 2010 semua kendaraan jenis penumpang produksi GM akan dilengkapi dengan ESC/ESP.
Dan akhirnya sudah menjadi keharusan bahwa di penghujung tahun 2011 semua kendaraan yang dipasarkan di AS dan Eropa harus dilengkapi ESC/ESP, karena menurut penelitian dengan adanya ESP/ESC pada mobil diperkirakan dapat mencegah kematian akibat kecelakaan sekitar 5000-9000-an orang setiap tahunnya….
(Bersambung dengan judul Cara Kerja ESC/ESP…..)
Apakah ESP agak bermasalah mengakibatkan rem blong atau apa ya?
BalasHapusMohon petunjuk bapak.... Ada muncul ESP di layar dasboard Mercy W203 C240... apakah bisa diperbaiki ataukah mesti ganti modulnya
BalasHapusMaaf saya minta bantuan informasinya.. Thanks
BalasHapus