Interpretasi hasil uji Emisi
( Analisa gas buang mobil Bensin ).
Tujuan pengetesan emisi :
memperoleh gambaran secara cepat, tentang efisiensi pembakaran di dalam mesin.
Batasan-batasan analisa
dengan gas analiser :
Setiap proses pembakaran di
mobil bensin, akan menghasilkan beberapa parameter gas buang yaitu CO (
carbonmonoxida ),
HC ( hydrocarbon ), CO2 (
carbondioxida ), O2 ( oksigen ), Lambda dan AFR ( air fuel ratio ). Besarnya
nilai-nilai dari masing-masing parameter tersebut akan memberikan gambaran
kepada kita, tentang kondisi efisiensi pembakaran.
CO ( carbonmonoxida ),
Adalah sisa bensin yang tidak
terbakar dan ikut terbuang keluar lewat knalpot. Kondisi ini disebabkan oleh
percampuran udara dan bahan bakar ( bensin ) didalam mesin yang tidak seimbang,
dimana jumlah bagian bensinnya lebih banyak daripada jumlah bagian udaranya,
atau dengan kata lain terjadi campuran kaya / RICH
( kebanyakan bensin ).
Hal-hal yang bisa menyebabkan percampuran kaya adalah :
a.
Filter udara
mampet.
b.
Spuyer ( main jet/slow
jet ) korosi, longgar.
c.
Stelan karburator
salah.
d.
Choke menutup
terus.
e.
Injector tdk
mengabut dengan baik ( kencing ).
f.
Cold start
injector kerja terus menerus.*
g.
Terjadi kesalahan
sensor ( MAP, Air Flow, IAT, ECT dan O2sensor ). Masing-masing sensor tersebut
memberikan signal tegangan yang besar ke ECU, sehingga ECU meningkatkan debit
bensin.
HC ( Hidrocarbon ),
Adalah sisa bensin yang tidak
terbakar dan ikut terbuang keluar lewat knalpot. Kondisi ini disebabkan
penyebaran panas di ruang bakar yang tidak sempurna. Adapun berbagai macam
factor penyebabnya adalah :
a.
Tekanan kompresi
lemah ( piston, ring piston aus, stelan/celah klep tidak tepat ( terlalu rapat
).
b.
Stelang timing
tidak tepat.
c.
Kabel busi
rusak/resistornya tinggi.
d.
Platina atau
pickup coil rusak.
e.
Ignition coil
rusak/tegangan sekundernya lemah.
f.
Pemakain type
busi yang tidak tepat ( type busi dingin ).
g.
Terjadi kesalahan
sensor pengapian ( CKP, CMP ).
Nilai HC yang diperbolehkan maximal 450
ppm, untuk mobil karburator dan 250 ppm untuk mobil injeksi. Semakin kecil
nilai HC berarti semakin efisien proses pembakaran yang terjadi di mesin.
Lambda
Merupakan kesimpulan proses
pembakaran yang terjadi di mesin, jika Lambdanya 1 ( satu ), berarti pembakaran
bahan bakar dimesin sangat efisien/ideal, dalam artian komposisi percampuran
udara dan bahan bakar benar-benar homogen. Namun biasanya kita sangat sulit
untuk men-tune up kendaraan untuk memperoleh nilai lambda dengan angka 1 ( satu
). Oleh karenanya nilai lambda ini mempunyai posisi range nilai 0,95 s/d 1,05. Jika nilai Lambda
kurang dari angka itu berarti terjadi percampuran gemuk ( kebanyakan bensin),
sedangkan jika nilai Lambda melebihi dari angka itu menandakan campuran kurus
(kebanyakan udara ).
Note: saat kita memperhatikan nilai
lambda, kita harus mengamati pergerakan nilai O2, jika nilai O2nya tinggi (
diatas 3% atau lebih ) ada kemungkinan terjadi kebocoran knalpot, dan jika
knalpot bocor, maka nilai lambda tidak bisa dipakai sebagai patokan
kesempurnaan pembakaran.
AFR ( Air Fuel Ratio )
Menunjukkan jumlah bagian
udara yang terjadi di ruang pembakaran mesin. Idiealnya mesin yang efisien
mempunyai nilai AFR 14,7. Namun dalam kenyataannya kita tidak bisa/sulit
mengkondisikan mesin/men-tune up mesin untuk mendapatkan nilai AFR sebesar
14,7. Oleh karenanya nilai AFR ini berkisar antara 14,5 s/d 15,5. Apabila nilai
AFR kurang dari angka itu/lebih rendah, maka terjadi percampuran
gemuk(kebanyakan bensin), sebaliknya jika nilai AFR melebihi dari angka itu
berarti terjadi percampuran kurus ( kebanyakan udara ).
Note: saat kita memperhatikan nilai AFR,
kita harus mengamati pergerakan nilai O2, jika nilai O2nya tinggi ( diatas 3%
atau lebih ) ada kemungkinan terjadi kebocoran knalpot, dan jika knalpot bocor,
maka nilai AFR tidak bisa dipakai sebagai patokan kesempurnaan pembakaran.
Carbondioxida ( CO2 )
Homogenitas percampuran udara
dan bahan bakar serta efisiensi pembakaran sebuah mesin bensin bisa dilihat
dari besarnya nilai CO2. Untuk proses pembakaran yang paling sempurna nilai CO2
sebesar 16%, namun kita susah mengkondisikan hal tersebut. Olehkarenanya nilai
CO2 berkisar antara 12% s/d 16%.
Note:
saat kita memperhatikan nilai CO2, kita harus mengamati pergerakan nilai O2,
jika nilai O2nya tinggi ( diatas 3% atau lebih ) ada kemungkinan terjadi
kebocoran knalpot, dan jika knalpot bocor, maka nilai CO2 tidak bisa dipakai
sebagai patokan kesempurnaan pembakaran.
Oksigen ( O2 )
Setiap terjadi proses
pembakaran bensin, selalu memerlukan udara untuk membentuk homogenitas campuran
udara dan bahan bakar sehingga mudah dibakar dengan api busi. Besarnya nilai O2
yang diijinkan adalah maximal 2%, semakin kecil semakin bagus, yang berarti
udara yang masuk ke mesin dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk pembakaran. Namun
ada kalanya nilai O2 sangat extreme tinggi ( lebih besar dari 2 % ), hal ini
biasanya pertanda knalpot bocor. Oleh karenanya jika terjadi kebocoran di
knalpot maka, nilai-nilai O2, Lambda, AFR dan CO2, tidak bisa sebagai patokan
kesempurnaan pembakaran.
CATATAN :
Dalam setiap design mesin sudah diperhitungkan secara
matang, untuk mendapatkan efisiensi pembakaran, dengan jalan mengontrol aliran
udara dan bahan bakar sebagus mungkin, sehingga setelah kedua zat tersebut
bertemu diruang bakar, campuran yang terjadi adalah campuran yang
IDEAL/Homogen.
Tetapi dalam kenyataannya, sering terjadi campuran
kaya ( banyak bensin ) dan campuran kurus ( banyak udara ). Dalam hal ini
terjadinya campuran kurus bukan berarti lubang udaranya menjadi besar
volumenya, tetapi justru debit bensin yang dikucurkan ke mesin, berkurang.
Problem yang sering terjadi karena lemahnya pompa bahan bakar, injector mampet/buntu,
filter bensin kotor atau saluran bahan bakar kotor.
itu standart eouro brp min ?
BalasHapus